Prasasti Kerikil Nubia Ditemukan Di Kota Orang Mati Afrika


PRASASTI BATU NUBIA DITEMUKAN DI KOTA ORANG MATI AFRIKA PRASASTI BATU NUBIA DITEMUKAN DI KOTA ORANG MATI AFRIKA
Prasasti Ataqeloula ini ditemukan pada bulan November 2017 di Pekuburan Sedeinga, dari makam seorang perempuan masyarakat tertinggi di Sedeinga dan keluarga yang terpandang.
Kredit @ Vincent Fracigny / Sedeinga.  
 
Mahessa Update | Tembok besar prasasti watu Nubia dari salah satu bahasa tertulis tertua di Afrika telah ditemukan di "kota orang mati" yang luas di Sudan. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam bahasa "Meroitic" yang tidak jelas. Bahasa goresan pena tertua yang diketahui di sebelah selatan Sahara ini hanya sebagian saja yang sanggup diartikan.

Selain menemukan Prasasti Batu Nubia, Peneliti juga menemukan seni kuil Maat, Dewi Ketertiban, Ekuitas dan Perdamaian Mesir yang untuk pertama kalinya digambarkan dengan ciri-ciri Afrika.

Peradaban Kuno Meroe

Para ilmuwan menyelidiki situs arkeologi Sedeinga yang terletak di pantai barat Sungai Nil di Sudan atau sekitar 100 kilometer utara sungai ketiga "katarak" atau sungai dangkal.

Para arkeolog pertama kalinya mendengar wacana situs ini dari kisah-kisah para penjelajah kurun ke-19 yang menggambarkan sisa-sisa Kuil Ratu Tiye di Mesir. Istri kepala Amenhotep III dan salah satu ratu populer di Mesir Kuno. Menurut Encyclopedia Britannica, Pemerintahan Amenhotep III dari sekitar tahun 1390 SM sampai 1353 SM menandai puncak Peradaban Mesir Kuno, baik dalam kekuatan politik maupun budaya.

Menurut Oriental Institute di University of Chicago, Daerah berpasir dulunya merupakan bab Nubia Kuno yang populer kaya akan endapan emas. Nubia menjadi daerah beberapa kerajaan paling awal di Afrika dan beberapa diantaranya bahkan memerintah Mesir sebagai Firaun. 

Situs Sedeinga merupakan daerah bagi nekropolis besar yang dikenal sebagai "Kota Orang Mati" yang membentang lebih dari 60 hektar. Disini setidaknya terdapat sisa-sisa setidaknya 80 piramida watu bata dan lebih dari 100 makam dari Kerajaan Napata dan Kerajaan Meroe yang berlangsung dari kurun ke-7 SM sampai kurun ke-4 masehi. Kerajaan-kerajaan ini mencampurkan budaya mesir dan bab Afrika lainnya dengan cara yang masih terlihat di Sudan sampai hari ini, kata para peneliti.

Napata dan Meroe membentuk peradaban yang dikenal sebagai Kerajaan Kush oleh tetangga Mesir Kuno mereka Meroitic. Bahasa Meroe meminjam goresan pena aksara dari Mesir Kuno.

Baca Juga : 7 Hutan Terendam Paling Indah Di Dunia

"Sistem Penulisan Meroitic" yang tertua diwilayah sub-sahara, masih sangat menentang pemahaman Kami, kata Vincent Francigny, seorang arkeolog di unit Antiqueties, Unit arkeologi Perancis dan co-derector penggalian Sedeinga menyampaikan kepada LiveScience. 

Sementara teks pemakaman dengan sangat sedikit variasi, cukup populer dan sanggup hampir sepenuhnya diterjenahkan namun katagori teks lainnya sering tetap tidak jelas. Dalam konteks ini setiap teks gres penting alasannya mereka sanggup menjelaskan sesuatu yang baru.

Prasasti Tembok Besar

Saat ini para ilmuwan telah mengungkapkan inovasi koleksi terbesar dari Teks Meroitic, Prasasti-prasasti ini bersifat pemakaman.

Setiap teks menceritakan sebuah kisah, nama almarhum dan kedua orangtua. Terkadang juga ditulis pekerjaan dan karier mereka di kerajaan termasuk nama tempat, relasi mereka dengan keluarga besar dengan gelar bergensi, kata Francigny.

Dari prasasti-prasasti ini, para peneliti sanggup mencari tempat-tempat gres atau menebak lokasi atau berguru wacana struktur manajemen agama dan kerajaan-kerajaan di provinsi-provinsi kerajaan, kata Fracigny lebih lanjut. Teks-teks juga sanggup memberitahu kami jenis kota atau pemukiman apa yang terhubung dengan pemakaman yang kami gali," katanya.

Berdasarkan bukti dari teks, konteks situs, dan artefak-artefak yang ditemukan di dalam makam, para peneliti berpikir, Sedeinga ialah daerah utama untuk jalan komersial untuk menghindari jalan yang berliku-liku dan katarak Nil ke utara untuk pribadi menuju Mesir melalui jalan-jalan di gurun, kata Francigny. "Kota ini akan berkembang dan menjadi makmur disekitar acara ini,".

Para peneliti juga banyak menemukan sampel watu pasir yang dihias ibarat seni kapel yang menggambarkan Dewi Mesir Maat dengan fitur Nubian.

"Meroe ialah sebuah kerajaan dimana antara lain beberapa konsep budaya agama Mesir dipinjam dan diadaptasi dengan tradisi setempat, " kata Francigny. "Kita seharusnya tidak melihat Meroe sebagai akseptor pasif untuk efek asing, sebaliknya orang-orang Meroe sangat selektif wacana apa yang mereka sanggup pinjam untuk melayani tujuan keluarga kerajaan dan pengembangan masyarakat Fir'aun, tetapi non Mesir,".

Wanita Berpangkat Tinggi

Para ilmuwan mencatat bahwa sejumlah artefak di Sedeinga didedikasikan untuk perempuan berpangkat tinggi. Misalnya satu prasasti, sebuah lempengan watu yang dihias tegak atas nama Lady Maliwarase menggambarkan sebagai saudara perempuan dari dua imam agung Amon dan mempunyai seorang putra yang berprofesi sebagai Gubernur Faras, sebuah kota besar yang berbatasan katarak kedua Sungai Nil. Selain itu prasasti makam menggambarkan seorang Lady Adatalabe yang berasal dari garis keturunan termasyur yang termasuk seorang pangeran kerajaan.

Baca Juga : Sejarah Kuil Kuno Angkor Wat

Di Nubia, masyarakat matrilineal melacak keturunan seseorang melalui garis perempuan ialah aspek penting dalam keturunan keluarga kerajaan, kata Fracigny, contohnya "di Meroe, semacam ibu ratu dalam konteks kerajaan memainkan tugas penting dan dikaitkan dengan kekuasaan. Tidak jelas, bila pada tingkat yang lebih rendah, perempuan juga sanggup memainkan tugas kunci dalam manajemen kerajaan dan lingkungan kegamaan.

Menariknya, pada beberapa kesempatan di situs arkeologi yang terkait dengan Kerajaan Meoe, para ilmuwan mencatat bahwa Meroites kadang kala teropesona dengan barang-barang dengan bentuk yang tidak biasa.

"Misalnya di bersahabat kuil dimana hanya ada pendeta yang masuk, bukan hal yang luar biasa untuk menemukan tempat-tempat yang dibentuk untuk persembahan. Sesajen ini kadang kala terbuat dari watu alam berbentuk asing yang kelihatannya supranatural alasannya bentuknya terlihat ibarat simbol agama atau bab anotomi badan manusia, kata Francigny. "Kami bahkan menemukan beberapa di dalam ruang paling sakral "naos" , beberapa Kuil Neoritik, bersahabat patung para dewa.

Di masa depan para peneliti berharap untuk menemukan kuburan yang berasal dari tahap awal di situs ini. "Selama penjajahan Mesir, kata Francigny. Sayangnya di wilayah ini, Sungai Nil bergerak ke arah timur dan degan begitu perlahan-lahan menggerogoti lokasi penggalian.yang berarti kemungkinanya bahwa pemukiman yang bersahabat dengan sungai akan hancur seluruhnya.           

0 Response to "Prasasti Kerikil Nubia Ditemukan Di Kota Orang Mati Afrika"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel