Kesultanan Demak - Kerajaan Islam Pertama Terbesar Di Pulau Jawa
Mahessa Update | Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Pulau Jawa. Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya ialah sebuah kadipaten dari Kerajaan Majapahit yang lalu muncul sebagai kekuatan gres mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Menjelang selesai era ke-15, seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit, secara mudah beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Kerajaan Majapahit.
BACA JUGA : Ritual Pemakaman Aneh Tana Toraja
BACA JUGA : Ritual Pemakaman Aneh Tana Toraja
Sementara Demak yang berada di wilayah utara Pulau Jawa muncul sebagai daerah yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan pengganti pribadi Kerajaan Majapahit. Sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir.
Raden Patah yang bergelar Senapati Jimbun atau Panembahan Jimbun yang terlahir di Palembang tahun 1445 ialah pendiri dan Sultan Demak pertama yang memerintah antara tahun 1500 hingga 1518. Menurut Kronik Tiongkok dan Kuil Sam Po Kong Semarang, Raden Patah mempunyai nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya dikarenakan hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat. Nama tersebut identik dengan nama arabnya "Fatah" (Patah) yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Agung Demak didirikan yang kemudian, Ia dimakamkan disana.
BACA JUGA : Sejarah Kuil Kuno Angker Wat
Raden Patah yang bergelar Senapati Jimbun atau Panembahan Jimbun yang terlahir di Palembang tahun 1445 ialah pendiri dan Sultan Demak pertama yang memerintah antara tahun 1500 hingga 1518. Menurut Kronik Tiongkok dan Kuil Sam Po Kong Semarang, Raden Patah mempunyai nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya dikarenakan hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat. Nama tersebut identik dengan nama arabnya "Fatah" (Patah) yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Agung Demak didirikan yang kemudian, Ia dimakamkan disana.
BACA JUGA : Sejarah Kuil Kuno Angker Wat
Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa muslim berjulukan Cek Kopo yang kemungkinan besar putranya ialah orang yang oleh Tome Pires dalam Suma Oriental -nya dijuluki "Pate Rodim" mungkin yang dimaksud dengan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putra atau adik Rodim yang berjulukan Trenggana bertahta dari tahun 1505 hingga tahun 1518. Kemudian dari tahun 1521 hingga tahun 1546. Diantara kedua masa ini yang bertahta ialah iparnya Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 perluasan militer Kerajaan Demak berhasil menundukkan Kerajaan Majapahit.
Kesultanan Demak tercatat sebagai pencetus penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia. Walaupun Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan mengalami pemunduran alasannya terjadi kudeta di antara kerabat kerajaan, Pada tahun 1560, Kerajaan Demak beralih ke Kekerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya.
Masa Keemasan Kesultanan Demak
Pada awal era ke-16. Kesultanan Demak telah menjadi kerajaan yang berpengaruh di Pulau Jawa. dan tidak satupun kerajaan lain di Pulau Jawa yang bisa menandingi perjuangan kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukkan beberapa daerah pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Dibawah pemerintahan Pati Unus, Kerajaan Demak diakui sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa pemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka, lalu beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
Sementara pada masa Trenggana, Kesultanan Demak berhasil membuatkan Agama Islam di Jawa Timur dan di Jawa Tengah. Dibawah kekuasaan Trenggana, Kesultanan Demak mulai menguasai daerah-daerah lainnya di Pulau Jawa menyerupai Sunda Kelapa dan Panjajaran serta berhasil menghalau Portugis yang akan mendarat di sana (1527) dan juga berhasil menaklukan seluruh wilayah Pasundan atau Jawa Barat sekitar tahun 1528-1540 serta wilayah-wilayah bekas Kerajaan Majapahit di Jawa Timur menyerupai Tuban (1527), Madura (1528), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527-1529), Kediri (1529), Malang (1529-1545) dan Blambangan, Kerajaan Hindu Terakhir di ujung timur Pulau Jawa (1529-1546).
Salah seorang Panglima Demak waktu itu ialah Fatahillah, perjaka asal Pasai (Sumatera) yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk menundukan Banten yang lalu hari keturunan Maulana Hasanudin menimbulkan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan Imam di Masjid Demak yang juga pemimpin ulama dalam penaklukan Kerajaan Majaphait sebelum pindah ke Kudus.
Lokasi Kerajaan Demak yang pada masa itu berada di tepi maritim yaitu di Kampung Bintara yang ketika ini telah menjadi belahan dari Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota disana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa Raja ke-4 (Sunan Prawoto), keraton dipindahkan ke Prawata yang pada periode ini kerajaan disebut Demak Prawata.Sepeninggal Sunan Prawoto, Arya Penagsang memerintah kesultanan yang sudah lemah ini dari Jipang-Panolan (sekarang akrab Cepu). Kotaraja Demak dipindahkan ke Jipang dan untuk periode ini dikenal dengan sebutan Demak Jipang.
Kemunduran Kesultanan Demak
Sukses Raja Demak 3 tidak berjalan mulus. Banyak terjadi persaingan panas amtara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dengan Trenggana yang berlanjut dengan dibunuhnya Pangeran Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono). Peristiwa ini terjadi di tepi sungai ketika Surowiyoto pulang dari Masjid selsesai Sholat Jum'at. Sejak kejadian itu Surowiyoto dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di tepi sungai.
Pada tahun 1546, Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono sebagai Raja Demak ke-4. akan tetapi pada tahun 1549, Sunan Prawoto dan istrinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putra Pangeran Surowiyoto. Pangeran Arya Penangsang lalu bertahta di Demak sebagai Raja Demak ke-5. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Adipati Jepara. Hal ini menimbulkan adipati-adipati dibawah kekuasaan Kerajaan Demak memusuhi Pangeran Arya Penangsang yang salah satunya ialah Adipati Pajang, Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
BACA JUGA : 10 Kuil Tertua Di Dunia
Pada tahun 1554, terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh Adipati Pajang, Joko Tingkir untuk merebut kekuasaan Demak dari Pangeran Arya Penangsang. Dalam kejadian ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan dibunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke-5 , maka berakhirlah era Kesultanan Demak. Joko Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan sentra pemerintahan Demak ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
sumber: id.wikipedia
0 Response to "Kesultanan Demak - Kerajaan Islam Pertama Terbesar Di Pulau Jawa"
Post a Comment